Perempuan dalam Medium Film: Membaca Konsep Feminisme dalam Moana

Authors

  • Heri Purwoko Cultural Studies, Departemen Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Keywords:

puteri Disney, Moana, animasi, feminisme

Abstract

Pada mulanya, Disney selalu identik dengan karakter-karakter puteri yang tampil dengan gaun-gaun indah dan petualangan kisah cinta mereka yang pada akhirnya diselamatkan oleh pangeran. Namun, kini sosok puteri Disney mengalami perubahan, mereka berevolusi dari yang submisive menjadi pemberani. Diawali dengan film animasi Beauty and the Beast (1992), sosok perempuan yang berani jatuh cinta pada monster dan berani melawan laki-laki yang dianggap kuat di desanya. Kemudian sosok Mulan (1998) muncul dari tanah Cina (Asia), menjadi pembuka yang signifikan dalam jagad keputerian. Mulan hadir dengan penyamarannya menjadi laki-laki, mencoba bernegosiasi dengan aturan patriarkiyang mendominasi,bahkan membuktikan perannya dalam peperangan melawan pasukan Mongolia. Perjuangan perempuan dalam film Disney kemudian dilanjutkan oleh Tangled (2010), Brave (2012) dan Frozen (2013). Puteri Elsa dalam Frozen muncul secara mengejutkan, ia seolah tidak membutuhkan lelaki dan tidak ditampilkan bahwa ia menyukai lelaki secara seksual. Terakhir, Moana (2016) hadir sebagai seorang puteri kepala desa yang mencoba menyelamatkan desanya dari kehancuran dan kutukan. Moana merepresentasikan konsep feminisme, bahwa kehadiran peran perempuan menjadi penting, setara dengan laki-laki, bahkan sebagai penentu jalan cerita. Melalui pembacaan analisis tekstual, tulisan ini mengkaji bagaimana representasi feminisme hadir dalam film animasi puteri Disney, dengan studi kasus film Moana.      

Downloads

Published

2018-01-07

How to Cite

Purwoko, H. . (2018). Perempuan dalam Medium Film: Membaca Konsep Feminisme dalam Moana . Journal Visioner : Journal of Television, 1(1), 31–44. Retrieved from https://journal.atvi.ac.id/index.php/jurnal_visioner/article/view/4